sejarah peradaban islam spanyol
MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas ilmu tafsir dengan judul :
SEJARAH PERADABAN ISLAM DI SPANYOL
Djamili
DISUSUN OLEH :
ADITHYA P. MAKAHENGGENG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANADO 2011-2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspansi ke spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer abad pertengahan. Spanyol kemudian menjadi salah satu provinsi kerajaan Islam. Nama Arab yang disandangnya adalah al-Andalusia. Musa hanya menyisakan wilayah kecil di sebelah utara dan timur semenanjung untuk ditaklukan oelh para penerusnya, serta sedkit pemberontak untuk ditumpas. Dalam singkat, kurang blebih tujuh tahun, penaklukan semenanjung itu salah satu provinsi terindah dan terbesar di Eropa Abad pertengahan sepenuhnya rampung. Selain itu, mesti kita ingat bahwa berbagai pertikaian politik di antara keluarga kerajaan dan bangsawan Gotik, ditambah sejjumlah perselisihan internal, telah menggerogoti kekuatan negara.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode. Kurang lebih setengah abad antara jatuhnya khilafah Bani Umayyah dan datangnya al-Murabitun merupakan masa Fragmentasi politik yang di barengi dengan najhunya kebudayaan. Sejumlah dinasti kecil, berjumlah dua puluh tiga, memegang kekuasaan di berbagai bagian Andalusia di barat daya. Dinasti-dinasti ini berasal dari ras yang berbeda, menggammbarkan heterogenitas dari kelas militer dibawah bani umayyah. Dan ketegangan etnik dan persaingan di antara kelompok-kelompok ini. Namu demikian kehidupan kaum Muslimin itu btidak selalu berarti menyenangkan. Sementara raja-raja itu menganakemaskan pemuka-pemuka kristen, mereka mengeksploitasi oarng-orang Muslim.
Selama 80 tahun kematian diktator Amiriyah, Spanyol hancur terkoyak oleh orang Barber, Arab, Slavia, dan Spanyol. Setelah 21 tahun kemudian,khalifah demi khalifah diturunkan dan dinaikan yang satu sebagai boneka orang Cordova, yang lain sebagai orang Slavia, dan ketiga sebagai boneka orang Berber. Bahkan orang Castil pun punya peran dalam menurunkan dan menaikan khalifah. Daerah pinggiran sebelah selatan Kordova, yang disebut al-Rabadh, di padati dari kalangan neo-Muslim para pembelot dari sudut pandang Kristen. Para Sebagian dari mereka berada di bawah pengaruh dari pelajaratau guru teologi dan hukum yang sekitar empat ribu orang diantaranya, hidup di ibukota. Kekacauan bermula pada 805, ketika pada suatu hari sang amir melintasi jalanan, masa melemparnya dengan batu, sementara teolog bertepuk tangan. Selain itu, muncul pemberontak yang muncul pemberontak yang dilakukan oleh pembelot. Puncaknya adalah pertempuran sengit pada 814 di bawah pimpinan seorang faqih Berber.
B. Metode Penulisan
penulis menggunakan metode observasi dan perpustakaan. Dalam metode ini penulis membaca buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini. Dari hasil tersebut dapat penulis pahami bahwa Peradaban Islam Spanyol adalah peradaban yang sangat luar biasa dan sangat besar perannya bagi dunia Barat dan Eropa khususnya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penulisan di atas maka rumusan masalah dari epnulisan ini adalah :
a. Bagaimana Masuknya Islam di Spanyol...?
b. Bagaimana Perkembangan Islam di Spanyol...?
c. Bagaimana Kemajuan Islam Spanyol...?
d. Apa Penyebab Kemunduran Islam Spanyol...?
D. Tujuan Penulisan
a. Penulis ingin mengetahui Peradaban Islam di Spanyol
b. Penulis ingin mengetahui Proses Masuknya Islam di Spanyol
c. Penulis ingin mengetahui Proses Perkembangan Islam di Spanyol
d. Penulis ingin mengetahui Kemajuan Islam di Spanyol
e. Penulis ingin mengetahui Penyebab Runtuhnya Islam di Spanyol
E. Manfaat Penulisan
Penulis membuat tulisan ini agar memberi pengetahuan yang lebih luas kepada para pembaca, karena dengan ini pembaca dapat mengetahui Sejarah Peradaban Islam khususnya Peradaban Islam di Spanyol. Mulai dari masuknya Islam di Spanyol sampai runtuhnya perkembangan Islam di tanah Spanyol. Dan dengan ini pembaca dapat mengambil hikmah dari perkembangan Islam di tanah Spanyol yang sangat gagah dan dibangun dengan berabad-abad lamanya tapi akhirnya runtuh juga dengan begitu cepat dan sampai sekarang sudah tidak ada yang tersisa dari peradaban Islam Spanyol.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bagaimana Masuknya Islam di Spanyol
Setelah memperoleh persetujuan Khalifah Al-Walid di Damaskus Musa berangkat bersama pasukan menyelusuri pesisir Afrika bagian Utara hingga bagian Barat untuk menyeberang kedaratan eropa. Untuk memasuki daratan eropa. Untuk memasuki daratan eropa iti panglima Tharig Ibnu Ziyad di tunjuk sebagai pemimpin pasukan dengan membwah 12.000 personil, dan bertindak sebagai petunjuk jalan nadalah pangeran Yulian dan keluarga Raja Witiza. Thariq bersama pasukannya menyeberang selat yang terletak d Maroko dan Benua Eropa, dan mendarat disuatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Kedatangan pasukan Islam itu terdengar oleh Raja Roderick mealui para saudagar yang menyaksikannya. Maka raja itupun mempersiapkan bala tentaraya utuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19 JUli 771 M, kedua pasukan bertemu ditepi sungai Rio Barbate, sehingga terjadi pertempuran yang sengit. Pasukan Roderick terdesak dan dapat dikalakan, bahkan Roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate ketika hendak melarikan diri.
Ekpansi pasukan muslim ke semenanjung Liberia, gerbang barat eropa, seperti yang telah dikemukakan, merupakam serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang-orang arab. Serangan itu menandai puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya menaklukkan turkistan yang menandai titik terjauh ke kawasan Mesir Asia.
Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspansi ke spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer abad pertengahan. Pembantaiaan pertama dilakukan pada bulan juli 710 M, orang kepercayaan Musa Ibn Nushair, gubernur terkemuka pada periode Bani Umayyah, mendarat di semenanjung kecil membawa balatentara berkekuatan seratus pasukan kavaleri dan empat ratus pasukan infanteri.
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu'man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu'man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Menurut sejumlah riwayat dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada tanggal 19 juli 711 M berhadapan dengan pasukan Raja Roderick dimulut sungai Barbate di pesisir lagunda Janda. Roderick berhasil naik tahta setelah menggulingkan pendahulunnya putra Witiza. Setelah kemenagan penting ini, pasukan muslim berjalan melintasi kota-kota spanyol dengan cukup mudah, hampir tak ada perlawanan yang berarti. Thariq dengan pasukan yang besar, menyapu jalan-jalan melewati Ecija menuju Toledo, ibu kota dan mengirimkan pasukan ke kota-kota tetangga.
Cemburu dengan letnannya yang berhasil dengan tak terduga dan fenomenal, Musa dengan 10.000 tentara, terdiri atas orang Arab dan orang Arab Suriah, segera menuju spannyol pada bulan juli 712 M. Tujuan adalah menyerang kota-kota kecil dan benteng-benteng yang dihindari oleh Thariq, seperti Medina Sidon dan Carmona. Akhirnya sang jenderal besar, Musa bertemu dengan letnan yang kondang, Thariq di dalm atau di dekat kota Toledo.
Menurut riwayat, Thariq membakar kapalnya guna melenyapkan harapan angota pasukannya untuk kembali atau melarikan diri ke pantai Afrika, sehingga tak adad jalan bagi pasukannya untuk melariakn diri.tidak ada sesuatu yang mengahruskan kita untuk mengambil kesimpulan bahwa tidak adanya kapal itu disebabkan karen Thariq telah membakarnya. Kita berpendapat bahwa kapal-kapal tersebut telah kembali kepada Julian sebab dialah yang punya. Maka tinggalah Thariq dan pasukan-pasukannya antara Laut dan Musuh.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan. Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.
Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
Spanyol kemudian menjadi salah satu provinsi kerajaan Islam. Nama Arab yang disandangnya adalah al-Andalusia. Musa hanya menyisakan wilayah kecil di sebelah utara dan timur semenanjung untuk ditaklukan oelh para penerusnya, serta sedkit pemberontak untuk ditumpas. Dalam singkat, kurang blebih tujuh tahun, penaklukan semenanjung itu salah satu provinsi terindah dan terbesar di Eropa Abad pertengahan sepenuhnya rampung. Selain itu, mesti kita ingat bahwa berbagai pertikaian politik di antara keluarga kerajaan dan bangsawan Gotik, ditambah sejjumlah perselisihan internal, telah menggerogoti kekuatan negara.
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Kurang lebih setengah abad antara jatuhnya khilafah Bani Umayyah dan datangnya al-Murabitun merupakan masa Fragmentasi politik yang di barengi dengan najhunya kebudayaan. Sejumlah dinasti kecil, berjumlah dua puluh tiga, memegang kekuasaan di berbagai bagian Andalusia di barat daya. Dinasti-dinasti ini berasal dari ras yang berbeda, menggammbarkan heterogenitas dari kelas militer dibawah bani umayyah. Dan ketegangan etnik dan persaingan di antara kelompok-kelompok ini. Namu demikian kehidupan kaum Muslimin itu btidak selalu berarti menyenangkan. Sementara raja-raja itu menganakemaskan pemuka-pemuka kristen, mereka mengeksploitasi oarng-orang Muslim.
Menurut pengakuan Gustave Le Bon dalam bukunya The World Civilization. pengaruh Arab Islam terhadap Eropa sangat besar, ilmu pengetahuan masuk Eropa melalui Spanyol, Sicilia, dan Italia. Pada abad 1130 M, lembaga-lembaga penerjemah yang sponsori oleh Archbishop Raymond di Toledo mulai menerjemahkan karya-karya bangsa Arab ke dalam bahsa Latin, hasil-hasil terjemahan ini kemudian sebagiannya dijadikan sebagai literatul di Universitas-universitas terkemuia Eropa selama kurang lebih lima abad atau enam abad, pengaruh orang Arab Islam di Eropa yang amat besar tersebut memunculkan cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti filsafat.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Yang terpenting diantaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi "guru" bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M).
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Ketika gerakan Abbasiyah berhasil menjatuhkanBani Umaiyyah dari tampuk kekuasaan pada tahun 750 M, maka berdirilah Khalifah Bani Abbas mengambil Baqdad sebagai pusat pemerintahan.bersamaan dengan itu, Emirat Islam di Spanyol menyatakan tunduk kepada Bagdad.
Abdurrahman Ibnu Muawiyah Ibnu Hisyam adalah seorang pangeran dari Bani Umayyah yang lolos dari kejaran Bani Abbas. Setelah melarikan diri ke Mesir, lalu melewati berbagai bukit batu dan gurun yang tandus, akhirnya pada tahun 756 M dapat memasuki spanyol yang di landa perselisihan antara kelompok Mudhariyang berasal dari lembah Eufart dan kelompok Yumani yang berasal dari Yaman keturunan Qathan. Kedatangan Abdurrahman segera mendapat sambutan dan dukungan yang luas. Dan setelah berhasil emadamkan perlawan Amir Yusuf Al-Fikri, penguasa kepemimpinan spanyol sebagai Emirat dan Khlifah Abbasiyah. Pada saat itu, Abbasiyah, Abdurrahman menduduki kursi kepemimpinan sebagai Amir. Dengan demikian, spanyol secara resmi tidak lagi menjadi bagian wilayah Khalifah Abbasiyah. Pada saat itu Abbasiyah di pimpin oleh Khalifa Abu Ja’far Al-Mansur, Khalifa kedua di Bagdad., Amir Abdurrahman yang dipanggil Al-Dakhil (New Comer) menetapkan Cordova sebagai ibu kotanya. Karena ketangkasan dan kegigihannya, ia mampu melepaskan diri dari kejaran Bani Abbas hingga dapat mendirikan Emirat (dinasti Imayyah di Spanyol) Khalifah Al-Mansur di Bagdad menjulukinya sebagai “The Falcom of Qurasyh” atau si Rajawali Quraisy.
Dinasti Bani Umayyah di spanyol dapat mempertahankan kekuasaan sampai Tahun 1031 M, Abd Al-Rahman Al-Dhakhil berkuasa selam 32 tahun (756-788 M). di bawah kekuasaannya, spanyol mulai menyaksikan hari-hari kemenangannya. Ia memiliki kemampuan yang besar dan kecakapan yang cukup dalam membenahi pemerintahannya. Ia mengangkat Gubernur-gebernur yang mampu dan jujur. Ia benahi kota Tua cordova dengan gedung-gedung dan tanam-tanam yang indah. Tanaman berupa buah-buahan dan sayur-syuran di datangkan dari timur untuk dikembangkan di pertanian Spanyol.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im.
Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
C. Kemajuan Islam di Spanyol
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
a. Filsafat
Islam di Spanyol tleh mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang melalui ilmu pemngatahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Tokoh utama dalam sejarah Filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karean keracunan di fez tahun 1138 M dalam usia masih muda.
b. Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi dan kimia juga berkembang dengan baik. Abbas Ibn Farnastermasyur dalm ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
c. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman Petrkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qodhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman.
d. Musik dan Kesenian
Dalam musik dan seni suara. Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.
e. Bahasa dan Satra
Bahasa telah menjadi administrasi dalam oemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat di terimah oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman, Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, Masjid Seville, dan Istana al-Hamra di Granada.
a. Pembangunan militer
Pasukan militer dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Tentara tetap (Professional) yang berpangkalan di Cordova.
2. Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh penguasa wilayah militer.
3. Tentara Irreguler (Belladi), yaitu orang-orang Arab yang datang bersama Musa Ibnu Nushair.
4. Yang tidak diminta dan dengan sukarela bergabung bersama dengan kekuatan militer.
Disamping pasukan darat, dibentuk pula kekuatan laut setelah ada serangan mendadak Normandia di pantai barat Spanyol pada tahun 844-845 M. kemudian dibangun menara-menara pengintai musuh yang melakukan kegiatan di samudera Atlantik di sepanjang pantai.
Setelah Abdurrahman Al-Dhakhil (Abdurrahman 1) meniggal, maka pemerintahan dipegang oleh anaknya Hisyam 1 (789-796), dia seorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang Al-Qur’an dan sunnah, dan banyak di pengaruhi oleh ulama fikih. Ia meneruskan pembangunan Mesjid Cordova dan juga membangun terusan Cordova. Hisyam adalah seorang yang taqwa, adil dan lemah lembut serta darmawan. Dia menduduki tahta selama 8 tahun, tetapi banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai.
Setelah Hisyam wafat, ia diganti oleh anaknya Hakam I (796-822 M). hakam adalah orang yang suka kemegahan dan petunjukan-petunjukan serta sangat kecanduan dengan minum anggur. Pada masa kekuasaannya terjadi pemberontakan yang di pelopori oleh Sulaiman dan Abdullah pamannya sendiri, yang akhirnya pemberontakan itu dapat dipadamkan. Sulaiman meninggal dan Abdullah di ampuni setelah ia menyerah.
Sesudah hakam meninggal, pemerintahan di pegang oleh putranya Abdurrahman II (822-825 M). dengan pengalaman militernya yang tinggal dan kecapakannya dalam memimpin pemerintahan, Abdurrahman II telah berhasil membawah spanyol kembali kepada keadamainnya dan kemakmuran. Dimasanya Mesjid Cordova diperluas, dan banyak mesjid baru dibangun di kota-kota Jaen, Sevilen, dan di ibu kota cordova sediri. Barang-barang di import dari timur. Bendungan dan irigasi dibangun iu kota di perintah dengan taman-taman yang luas lagi indah yang dilalui lagi terus-terusan yang megalirkan air dari gunung-gunung. Jembatan-jembatan di bangun dari istana Cordova telah dapat menandingi istana di Bagdad. Setelah menjalankan pemerintahan selam 30 Tahun yang membawah kepada kemakmuran, Abdurrahman II meninggal dunia pada tahun 852 M.
b. Pembangunan bidang administrasi sipil
Untuk melaksanakan pemerintahannya dibentuk lembaga-lembaga atau badan yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang ditangani oleh orang-orang yang sesuai dengan keahliannya.
1. Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling berpengarauh dileingkungan istana, sebagai media antara penguasa dengan pegawai-pegawai istana dengan rakyat lainnya.
2. Al-Wajir, atau menteri, yaitu orang yang mengenai masalah keuangan hubungan luar negeri dan keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan Hajib yang biasanya di duduki oleh para panglima militer
3. Al-Kitab, atau sekretaris Negara meliputi pekerjaan korenpondensi dan pengiriman surat-surat da dokumentasi Negara.
4. Khajir Al-Mall (petugas pajak), yaitu orang-orang yang mengurusi pajak dari seluruh propinsi
5. Shalib Al-Mazhalim, yaitu badan pengadilan atau semacam hakim yang bertugas mengoreksi penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini di tangani oleh penguasa dan delegasinya.
Lembaga-lembaga lain sebagian membantu lembaga kepolisian, Inspektur pasar, dinas pekerjaan umum, dan lembaga perwakafan. Disamping itu ada juga majelis-majelis yang diselenggarakan untuk membahas berbagai persolan.
c. Teknologi Bangunan
Sejarah arsitektur Muslim diturunkan dari tradisi Klasik, sehingga tradisi-tradisi tersebut hingga menjadi gaya khas Islam. Tidak dapat diceritakan disini, bahkan sekedar daftar banguna Islam yang paling sukses akan membutuhkan temapt lebih banyak dari padad di sini. Bahan bangunan yang digunakan oleh tukang batu Muslim tergantung pada daerah tempat mereka bekerja. Bahan-bahan tersebut antara lain batu, lempeng batu, pecahan bata, bata mentah dan kayu.
D. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
Selama 80 tahun kematian diktator Amiriyah, Spanyol hancur terkoyak oleh orang Barber, Arab, Slavia, dan Spanyol. Setelah 21 tahun kemudian, khalifah demi khalifah diturunkan dan dinaikan yang satu sebagai boneka orang Cordova, yang lain sebagai orang Slavia, dan ketiga sebagai boneka orang Berber. Bahkan orang castil pun punya peran dalam menurunkan dan menaikan khalifah.
Daerah pinggiran sebelah selatan Kordova, yang disebut al-Rabadh, di padati dari kalangan neo-Muslim para pembelot dari sudut pandang Kristen. Para Sebagian dari mereka berada di bawah pengaruh dari pelajaratau guru teologi dan hukum yang sekitar empat ribu orang diantaranya, hidup di ibukota. Kekacauan bermula pada 805, ketika pada suatu hari sang amir melintasi jalanan, masa melemparnya dengan batu, sementara teolog bertepuk tangan. Selain itu, muncul pemberontak yang muncul pemberontak yang dilakukan oleh pembelot. Puncaknya adalah pertempuran sengit pada 814 di bawah pimpinan seorang faqih Berber.
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1. Konflik Islam dengan Kristen
Disntegrasi negara-negara muslim pada abad sebelas mengangtarkan padad pesatnya ekspansi sejumlah kerajaan Kristen. Dengan semangat untuk mempersatukan kerajaan Castile, Leon, dan kerajaan Galacia, pada tahun 1085 Alfonso VI menaklukan Toledo. Hal ini merupakan awal dari pecahnya peperangan antara pihak Muslim dan Kristen, Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
Di Andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilngan daerah kekuasaanya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh orang Kristen pada tahun 1085 M, hilanglah pusat sekolah tinggi dan pusat ilmu pendidikan Islam beserta dengan isinya yang terdiri dari perpustakaan beserta dengan Ilmuwan-ilmuwannya. Tahun 1236 menyeusul Cordova yang dirampas oleh raja Alfonso VII dari Castillia.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
Kemunduran Islam dapat dilihat dari jatuhnya Granada, ketika raja-raja Kristen berusaha mempersatukan rakyatnya. Setelah kekkuatan mereka bertambah besar dengan bersatunya kerajaan Aragon dan Kastilia setelah perkawinan raja Ferdinand dan ratu Isabella mereka kemudian dapat menaklukan Granada. Dengan jatuhnya kota Granada itu, berakhirlah kekuasaan Islam di Andalusia sesudah memerintah selama delapan abad. Setelah jatuhnya kota Granada pada tahun 1492 M. Raja Ferdinand dan Ratu Isabella berjanji akan melindungi umat Islam baik jiwa, harta, maupun agamanya, mereka berjanji akan membiarkan Masjid dan harta waqaf seperti semula.
Janji yang diikrarkan keduanya untuk melindungi umat Islam tidak ditepati, bahkan bangsa Spanyol sewenang-wenang dengan mendirikan Mahkamah Taftisy di seluruh kota Andalusia berfungsi untuk memeriksa dan menentukan hukuman bagi kaum Muslimin dan Yahudi yang tidak mau masuk agama Nasrani. Penduduk Islam yang tidak mau mengikuti ajakan tersebut dibunuh dan dibakar. Karena banyaknbya pembantaian manusia maka Mahkamah Taftisy ini disebut pengadialan darah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan Ibn Nu'man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu'man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar dipegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Kedatangan pasukan Islam itu terdengar oleh raja Roderick melalui para saudagar yang menyaksikannya. Maka raja itu pun mempersiapkan bala tentaraya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19 Juli 771, kedua pasukan bertemu ditepi sungai Rio Barbate, sehingga terjadi pertempuran yang sengit. Pasukan Roderick terdesak dan dapat dikalakan, bahkan Roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Barbate ketika hendak melarikan diri, Ekpansi pasukan Muslim ke semenanjung Liberia, gerbang barat Eropa, seperti yang telah dikemukakan, merupakam serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang-orang arab. Serangan itu menandai puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya menaklukkan Turkistan yang menandai titik terjauh ke kawasan Mesir Asia.
Dari sisi kecepatan operasi dan kadar keberhasilannya, ekspansi ke Spanyol memiliki kedudukan yang unik dalam sejarah militer abad pertengahan. Pembantaiaan pertama dilakukan pada bulan juli 710 ketika Tharif. Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks
1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman, Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1. Konflik Islam dengan Kristen
Disntegrasi negara-negara muslim pada abad sebelas mengangtarkan padad pesatnya ekspansi sejumlah kerajaan Kristen. Dengan semangat untuk mempersatukan kerajaan Castile, Leon, dan kerajaan Galacia, pada tahun 1085 Alfonso VI menaklukan Toledo. Hal ini merupakan awal dari pecahnya peperangan antara pihak Muslim dan Kristen.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hassan. Ahmad Y, dan Hill. Donald R, Teknologi Dalam Sejarah Islam, Bandung: Mizan Khazanah Ilmu-Ilmu Islam, 1993.
Asnawi, Muh. Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang : PT Aneka Ilmu, 2006
Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
Hitti, Philip K, History of the Arabs, Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta, 2005.
Lapidus. Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990.
Mughni Syafiq A, Dinamika Intelektual Islam pada Abad kedelapan, Jakarta: penerbit, Lembaga Pengkajian Agama dan Masyarakat, 2002.
Nurhakim, Moh. Sejarah Peradaban Islam, Malang : penerbit, Universitas Muhammadiyah Malang, 2003.
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: PT. Prenada Media, 2003.
Syalabi. A, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 2000.
http:// www. Masuknya islam dispanyol.com diakses tanggal 28 oktober 2011.
http:// www. Perkembangan islam dispanyol.com diakses tanggal 28 oktober 2011.
http:// www. Kemajuan islam spanyol.com diakses tanggal 28 oktober 2011.
http:// www. kemunduran islamspanyol.com diakses tanggal 28 oktober 2011.
http:// www. Pengaruh peradaban islam dieropa.com/diakses tanggal 28 oktober 2011.
http:// www. files.wodrpress.com diakses stanggal 29 november 2011.
http:// www. library.co.id diakses tanggal 29 november 2011.
http:// www. Waspada. co.id di akses tanggal 29 november 2011.
BIOGRAFI PENULIS
Nama :
Adithya Pratama Makahenggeng
Jurusan :
Tarbiyah/PAI 1
Tempat/Tanggal Lahir :
Manado,04 September 1992
nomor hp :
08973764005/085145454821
Komentar
Posting Komentar