Air Terjun Timbukar

Air Terjun Desa Timbukar




Destinasi kami, tim SEDAN, saat ini mencari air terjun di Desa Timbukar. Seperti sebelumnya kami hanya berselancar di Google, untuk mencari destinasi kami. Namun, air terjun di desa Timbukar sudah kami ketahui ketika kami akan menuju air terjun di desa Popontolen. Akan tetapi untuk melihat gambar (foto) air terjunnya kami berselancar di Google. Kemudian kami kuatkan niat untuk adventuring saat itu pula. Tak menunggu niat terhempas, kami segera berangkat.
                                                                    
Desa Timbukar berada di Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jarak yang kami tempuh kurang lebih satu jam. Rute perjalanan melalui jalan Manado - Tomohon. Kemudian memasuki Jalan Raya Tomohon. Usai memasuki kota Tomohon kami terus hingga di perbatasan Kota Tomohon. Seperti destinasi sebelumnya, kami disapa oleh rinai hujan ketika mentari berada di titik kulminasi. Kami pun tak singgah untuk berteduh. Karena rinai hujan akan memberikan semangat bahwa tak ada halangan yang berarti selagi niat dan tekad sudah ada digenggaman.

Kami sudah berada di desa Sonder. Saat berada di pertigaan kami berbelok ke kanan, memasuki desa Tincep. Lalu, kami terus dan tak berapa lama jalan pun menurun. Di sinilah kami tersesat karena ada perempatan jalan. Akhirnya, kami menanyakan pada warga lokasi air terjun Timbukar. Usai bertanya kami berbelok ke kanan. Selanjutnya kami memasuki pasar lokal di desa Tincep. Selain pasar lokal yang dilalui kami, tempat pemakamam umum juga dilalui.

Kami terpana! Kami belum temui desa Timbukar! Kami rehat sejenak di antara rumah warga di desa Tincep. Sambil rehat kami tak luput bertanya kembali pada warga yang berjalan di hadapan kami.

"Kalian mau ke air terjun Timbukar?" tanya pria paruh baya berkaos putih itu. Kami menganggukan kepala secara berjamaah. "Kalian terus saja. Ikuti jalan menurun itu. Nanti kalian temui persawahan. Terus saja hingga jalan berkelok menurun bersisian tebing dan jurang. Di situlah letaknya air terjun Timbukar," papar beliau sambil menyulutkan rokoknya.

"Terima kasih, Pak," ucap kami berjamaah.
 
Kami bangkit dan bergegas melajukan kendaraan. Ya, benar kami melewati persawahan. Tak lama kami melalui jalan yang berkelok disisinya terdapat tebing dan jurang yang curam. Sayup-sayup terdengar suara air jatuh yang sangat deras. Kami segera berhenti dan mencari suara air terjun itu. Ternyata air terjunnya terdapat di bibir jurang.

"Bukan ini yang kita cari!" seru Tama. Yang lain mengiyakan dan kembali menaiki motor.

Kami tertegun melihat derasnya air kanal Timbukar ini. Di sisi jembatan yang kami lewati, tersedia jasa arum jeram. Di sinilah kami bertanya kembali pada salah satu petugas arum jeram.

"Di desa Timbukar terdapat tiga air terjun. Salah satunya di bibir jurang yang kalian lalui tadi. Namun untuk ke sana kalian harus melalui kanal ini, (kanal yang digunakan sebagai arum jeram). Air terjun yang kedua berada di tengah hutan. Menuju ke sana sekitar 15 menit bila pakai motor. Di air terjun kedua ini sangat bagus karena airnya jernih dan masih asri. Bisalah untuk berenang di sana. Kalau yang ketiga kalian harus berbelok kiri bukan ke kanan memasuki hutan, tapi mengikuti jembatan. Air terjun ketiga ini juga sama bagusnya," tukas lelaki berbadan bidang itu.

Kami saling berpandangan. Mencari kepastian air terjun yang kami pilih sebagai destinasi ini. Beberapa menit kemudian, kami setuju untuk pergi ke air terjun yang kedua di desa Timbukar.

Ya benar, hanya lima belas menit untuk memasuki hutan mencari letaknya air terjun kedua di desa Timbukar. Kemudian kami memarkirkan motor di dalam hutan. Setelah mengunci ganda motor, kami terus memasuki jalan setapak di hutan. Selanjutnya menyeberangi kanal, yang airnya jernih dan tidak terlalu desar itu. Di kanal ini banyak bebatuan. Kami terus mengikuti aliran kanal ini untuk mengetahui keberadaan hulunya. Karena menurut petugas arum jeram itu, bahwa kanal yang berada di hutan ini merupakan aliran dari air terjun kedua yang kami kunjungi. Benar sekali, dari jarak kurang lebih 10 meter kami sudah melihat air terjun kedua itu! Sungguh indah! Sangat terlihat jelas air terjun itu. Kami melajukan langkah karena saking senang melihat air terjun itu sehingga ada yang terpeleset di kanal. Ada pula yang salah mengikuti track-nya.

Inilah air terjun kedua di desa Timbukar. Air terjun yang menyapa kehadiran kami. Air terjun yang airnya sangat dingin. Debit airnya pun sangat deras. Kami pun tak lupa untuk mengabadikan dalam kehidupan kami. Bukan hanya mengabadikan saja, kami langsung berenang tanpa melepaskan pakaian. Karena saking senangnya melihat air terjun yang jernih ini. Ada diantara kami yang melompat di tebing. Ada yang mandi di pinggir bebatuan. Begitu senangnya kami. Tak lupa mengucapkan syukur atas keindahan alam yang Tuhan berikan di tanah Nyiur Melambai, Provinsi Sulawesi Utara ini.


Namun sangat disayangkan air terjun SAPA Timbukar belum dikelola dengan baik. Apabila dikelola dengan baik sungguh luar biasa sehingga menaikkan pendapatan perekonomian warga setempat. Kami memohon pada Pemerintah Kabupaten Minahasa agar bisa mengelola tempat-tempat wisata seperti ini. Sungguh sangat mempesona. Banyak pula dari masyarakat Nyiur Melambai belum ketahui air terjun ini.adhytmakahenggeng48@gmail.com

Komentar

Postingan Populer