Putih, Kacang Ijo
Putih, Kacang
Ijo
Aku
pandangi HP ku yang sedari tadi ada dalam genggamanku. Tak terasa sudah tiga
jam lebih aku memegang HP ku, sejak terakhir ia menghubungi aku dan berjanji
akan menghubungi ku kembali bila urusannya telah usai. Teman-temanku ternyata
sempat memperhatikanku yang sedang termenung menikmati kegalauan ku disudut
Rumah Sakit.
“Kenapa
dari tadi diam terus San?” Tanya mereka.
“Gak
ada apa-apa” jawab aku dengan nada yang sedikit sedih.
“Pasti
karena si hijau loreng yah” tebak mereka dengan mendesak.
“Hah!”
Bukan-bukan” aku yang sedikit terkejut dengan pertanyaan mereka
Sumpek,
bĂȘte dan bosan telah bercampur aduk dalam fikiranku. Maklumlah malam ini gantian
aku yang jaga malam di Rumah Sakit. Beginilah nasib bila menjadi seorang calon
suster. Perkenalkan namaku Santha. Aku adalah seorang mahasiswa semester akhir
yang saat ini sedang melaksanakan magang disalah satu Rumah Sakit di Kota aku.
Tuntutan pekerjaan dan profesionalitas sangat dibutuhkan bila ada pasien yang
membutuhkan bantuan dan ada pasien rujukan yang sewaktu-waktu membutuhkan
pemeriksaan.
Jam
telah menunjukan pukul 00.00. orang yang sedari tadi berjanji akan menghubungi
ku lagi belum juga menghubungi ku kembali. hati ku pun semakin gelisah,
pertanyaan demi pertanyaan singgah di fikiranku. “Apa yang terjadi dengan dia”.
“Mungkin sudah ketiduran, sehingga lupa
dengan janjinya”.
Aku
yakin pasti ia kelelahan sehabis latihan seharian penuh karena tuntutan
pekerjaannya sebagai seorang Tentara. Hingga
ia lupa untuk menghubungi ku kembali. memang beginilah nasib kami berdua yang
memiliki kesibukan masing-masing yang harus selalu professional dalam bertugas
dan menomor duakan masalah asmara kami berdua.
Hubungan
jarak jauh yang kami berdua jalin memang cukuplah rumit. Disaat yang lain
sedang jalan-jalan sama pasangan mereka kami berdua hanya bersua lewat sebuah handphone. Menghilangkan penak setelah
seharian penuh bekerja, sekaligus menghilangkan rasa kangen ingin bertemu yang
belum sempat terobati. Karena yang butuhkan dalam hubungan kami ini adalah
kepercayaan. Sekali saja melakukan kesalahan dan menyia-nyiakan kepercayaan
masing-masing maka semua usaha selama ini akan sia-sia.
Hubungan
yang kami jalani selama dua tahun lamanya dengan sebuah LDR ( Long Distance Relationship ), memang
awalnya baik-baik saja. Tapi, aku pun tak bisa memungkiri setiap hubungan pasti
aka nada halangan dan rintangan. Apalagi dengan hubungan kami berdua yang hanya
berlandaskan pada kepercayaan. Dan benar saja, ternyata seiring berjalannya
waktu, tiba-tiba ada perubahan yang terjadi. Salah satu dari kami tega mengkhianati
kepercayaan yang kami bangun selama ini. Bahkan lebih parahnya ternyata sudah
empat kali ia berselingkuh dibelakang aku.
Awal
ia melakukan perbuatannya itu aku bisa dengan sabar memaafkannya dan kembali
menjalani hubungan itu. Hubungan kami pun tak luput dari yang namanya putus
nyambung dikarenakan sikapnya yang sering berubah-ubah. Tapi setiap aku
memutuskan untuk berpisah dengannya disaat itu pula dia mencoba untuk
memperbaikinya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi bahkan ia selalu
mencari tau informasi tentang aku dari teman-temanku. Padahal waktu itu aku
sudah mencoba untuk melupakan dan menjauh darinya.
Satu
kali, dua kali, bahkan tiga kali pun ia melakukan hal bodohnya itu. Ia tega
berselingkuh, aku masih bisa memaafkannya dan dengan penuh kesetiaan menjalani
hubungan dengan dia serta sabar tidak
membalas peerbuatannya itu. Ternyata benar kata orang, kesabaran itu ada
batasnya. Akhirnya hatiku pun tak tahan lagi dengan semua yang ia lakukan
kepadaku. Meninggalkannya dan membalas perbuatannya itu adalah jalan keluar
dari permasalahan hubungan kami ini.
“Kenapa
dia berbuat begitu?”
“Apa
salah aku?”
“Belum
cukupkah kesetiaan aku lakukan selama ini?”
Itulah
pertanyaan-pertanyaan yang hinggap dalam pikiran aku. Pertanyaan-pertanyaan
bodoh yang selalu aku pertanyakan kepada diriku sendiri.
Akhirnya
aku mencoba membalas perbuatannya itu dan aku membuka lembaran baru dengan
seorang lelaki yang dekat dari tempat tinggal aku sekarang. Aku mencoba merubah
kepribadianku, sifat dan sikap ku selama ini. Bahkan aku juga merubah gaya
berpenampilan aku yang dari dulu masa bodoh dengan penampilan tapi sekarang menjadi
seorang wanita yang selalu mengutamakan fashion.
Dan
benar saja, setelah ia mendengar semua perubahan tentang aku dan mendengar aku
jadian dengan lelaki lain dia kembali menghubungi aku.
“Tapi
kenapa ia kembali lagi dengan perubahaanku saat ini?”
“Apa
dia tak pernah mencintaiku dan menerima kekuranganku?”
“Apakah
dia hanya mencari seorang wanita yang cantik dan bisa diandalkan sehingga ia
tega berselingkuh dari aku?”
Kembali
lagi dengan sebuah pertanyaan yang berputar-putar dalam fikiran aku. Tapi, bila
difikir-fikir ternyata ada benarnya juga. Karena, disaat aku yang dulu dia tega
mengsia-siakan kepercayaan dan kesetiaan yang telah aku berikan. Dan sekarang
dia mencoba kembali dengan semua perubahan yang ada pada diri aku. Maaf sekali
lagi maaf sudah tidak ada lagi kesempatan yang kedua, ketiga dan seterusnya.
Aku sudah cukup bahagia dengan kehidupan aku yang sekarang. Aku mulai merasakan
ketenangan dan tidak akan ada lagi orang yang akan menyakiti aku. Sudah
terlambat untuk merubah semuanya. Walaupun akhir-akhir ini ia selalu
menghubungi aku tapi aku hanya menganggapnya sebagai seorang teman biasa tidak
akan lebih seperti dahulu.
Komentar
Posting Komentar