Cinta Di depan Toilet Sekolah
Cinta di depan
Toilet Sekolah
Bel
sekolah berbunyi dengan keras,adhytmakahenggeng48@gmail.com tanda pelajaran pertama disekolah dimulai. Ini
adalah hari pertama aku mulai masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Tak ada yang
ku kenal didalam kelas, maklumlah diantara teman aku di SMP hanya aku saja yang
nyasar memilih sekolah di sini. Jangankan sebuah senyuman dan sapaan, nama
mereka saja aku tak tahu. Ingin rasanya berkenalan dengan teman-teman baru tapi
malu untuk berkata takutnya dianggap sok kenal dan sok dekat. Kata orang masa
SMA adalah masa dimana seorang mencari jati diri dan pacaran.
Aku
penasaran. Sekaligus antusias melihat wajah-wajah baru yang akan menjadi teman
sekelasku. Satu per satu bangku kosong mulai terisi. Suasana bertambah ramai.
Tapi, semakin lama aku merasa aneh. Kenapa belum ada yang duduk disamping aku.
Diantara
deretan meja dan kursi yang tertata rapi didalam kelas yang kira-kira jumlah
berkisar 30 itu. Aku bisa melihat bahwa hampir semua bangku telah terisi.
Sementara aku, sepertinya masih akan tetap bertahan dengan seorang diri.
Kebanyakan dari mereka terlihat sudah begitu sangat akrab. Dalam hatiku
berfikir, menyenangkan sekali rasanya bisa berbagi cerita seperti mereka. Ah,
sudahlah untuk apa memusingkan hal seperti itu. Mungkin lebih baik sendiri,
jadi aku lebih leluasa duduk disini.
Jujur
saja aku sangat iri melihat teman-teman sekelas aku yang begitu sangat akrab.
Dan mendengar pembicaraan mereka tentang pengalaman waktu semasa duduk di
bangku SMP dulu. Sayangnya, aku satu satunya siswa dari SMP ku yang masuk ke
sekolah ini. Kenapa sangat sulit bagi aku untuk bergaul dengan teman-teman baru
? kenapa ?
Sejenak
ekor mataku mulai beraksi., Kupandang ada seorang wanita yang kebingungan
mencari tempat duduk. Segera ku berdiri untuk menawarkan diri duduk disamping aku.
“Heeeiiiii…”
panggil aku
“duduk
disamping aku saja, disini masih kosong kok” tawar aku kepada wanita itu.
Segera
ia mendatangi aku selepas ku tawarkan tadi…
“makasih
yah” sapa ia dengan senyum bahagia karena sudah punya tempat duduk
“iya
sama” jawab aku
“Kenalan
dulu dong” ku majukan tangan kanan sembari menyebut nama aku.
“aku
Taufiq”
Mataku
menyipit kulirik sekilas rangkaian huruf demi huruf yang tertulis diseragam
sekolah yang ia pakai. “Dwi Anggraini”. Jadi panggilannya siapa ? Dwi atau
Anggraini ?
“hmmmm?”
“Oohh,
jadi nama kamu hmmmm ?”
“Eh..bukan
gitu, panggil saja Dwi!” ia berusaha mencairkan suasana, seraya menenagkan diri
sendiri.
Dalam
hati aku bersyukur karena sejak tadi pas masuk kelas belum ada seorang pun yang
mau duduk disamping aku. Aku yang tadinya hanya sendiri kini duduk bersebelahan
dengan seorang wanita cantik yang tiba-tiba turun dari surge..he..he..salah
satu wanita hijabers tercantik disekolah aku. Dengan senyumnya yang manis dan
lesung pipiya yang bikin semua orang gemes melihatnya. Ditambah raut wajahnya
yang seperti “Laudya Cintya Bella”. Pengen rasanya menjadi pacar wanita ini.
Secara fisik Dwi adalah bidadari. Bibirnya yang kemerahan meskipun tanpa
lipstick, bulu mata lentik yang memayungi kedua bola matanya yang bulat itu
berhasil membuat para siswa tidak akan bosan untuk melihatnya. Begitu juga aku,
ingin rasanya melihat Dwi setiap detik, menit, jam, hari, minggu bahkan bulan
dan bertahun-tahun lamanya
Ah..
rasanya aku sudah tidak sabar lagi menunggu jam istirahat. Kulirik jam yang
melingkar dipergelangan tangan kiriku. Ternyata setangah jam lagi menuju pukul
09.30.
Ku
langkah kan kakiku menuju sebuah meja makan. Ekor mata ku milhat sang bidadari
Dwi sementara menikmati makanannya sendirian. Ku beranikan menawarkan diri
untuk duduk di meja yang sedari tadi terlihat kosong hanya di duduki oleh Dwi.
“boleh duduk gak?” tanyaku.
“Ooohh
Iya, Boleh kok. Silahkan duduk” tawar Dwi
“Dari
tadi sendirian terus, mana teman kamu?” tanyaku kepada Dwi yang lagi menikmati
makan siangnya.
“Habisnya
belum punya teman sih. masih malu mau kenalan sama yang lain” Jawab Dwi
Jika
difikir-fikir emang benar perkataanya Dwi…Dwi adalah teman pertamaku disekolah
ini. Dia pun begitu sebaliknya aku adalah teman pertamanya. Ternyata status
kami berdua sama yaitu sama-sama siswa yang terdampar disekolah ini. Walaupun
masih belum terlalu akrab dan masih malu-malu. Tapi menurut aku dia orang nya
asik diajak ngobrol.
Kantin
super besar yang bisa menampung ratusan orang siswa ini memang menjadi tempat
favorit siswa mengisi waktu luang sembari menenangkan diri sehabis mengasa otak
didalam kelas. Selain tempatnya yang sejuk disini juga harga makanannya
murah-murah sehingga banyak yang suka makan di katin sekolah ini. Mbok
penjualnya juga sangat ramah dan murah senyum orangnya.
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Kini kedekatan aku dan Dwi semakin intens. Bahkan dulunya aku dan Dwi yang
tidak memiliki teman sama sekali kini hampir seluruh sekolah mengenal kami
berdua. Teman-teman sekelas yang dulu tampak cuek dan masa bodoh kini menjadi
penyayang dan bersahabat dengan kami berdua.
Tak
ku sangka kedekatan aku dan Dwi membuat hari-hari ku begitu sangat berwarnah
dan bersemangat. Pergi kesekolah barengan Dwi, pulang sekolah pun demikian.
Maklumlah rumah aku dan Dwi kan searah. Sekalian aja aku jemput dan antar
pulang Dwi dengan menggunakan sepeda motor bututku pemberian Ayah.
Pernah
suatu waktu aku buat orang satu rumah kaget bukan kepayang melihat perubahan
dari diriku. Mama dan papa pun heran tak biasanya anak kesayangan mereka berdua
ini pergi sekolah pagi-pagi sekali bahkan hampir setiap hari ku pergi
mengerjakan PR yang diberikan guruku. Pernah sekali mama mengeluarkan sebuah
kata yang menurutku lucu bila diingat. “Nak, mama mimpi apa semalam?” “tumben
yah beberapa hari ini kamu kelihatan bersemangat datang kesekolah”.
Jika
dipikir-pikir memang aku yang sekarang dan dulu sewaktu masih berseragam SMP
sangat berbeda dengan yang sekarang. Aku dulunya malas ke sekolah dan bangun
pagi. Kini, semangatnya minta ampun. Aku yang dulunya malas mengerjakan PR tapi
sekarang hampir setiap ada PR yang diberikan Ibu Guru selalu aku kerjakan. Ya
tentu saja di rumahnya Dwi dong!
“Kenapa
dengan diriku ini?”
“Kenapa
berubah drastis seperti ini?”
“Apa
benar ini yang namanya CINTA?”
“Kayak
gini yah rasanya orang lagi jatuh cinta?”
He…he…
Yah..benar
! pertanyaan-pertanyaan konyol yang hinggap dalam pikiranku melihat perubahan
yang terjadi. Bila ini pertanda sebuah rasa cintaku pada Dwi. Maka, jadikanlah
sebagai sebuah penyemangat dalam hidup ku ya Allah, dan jadikan sebagai motivasiku
dalam menuntut ilmu.
Tak
berfikir panjang lagi. Keesokan harinya ku beranikan diri buat ungkapin
perasaan ku pada Dwi. Apa boleh buat tak tahan rasanya hati ini jika dipendam
terus menerus. Apapun jawabannya yang penting aku sudah berusaha ungkapin
perasaanku. Ditambah lagi dukungan dari teman-teman sekelas yang menyalakan api
semangat dalam diriku. Ada juga yang lain menjadi kompor tanpa sumbuh memanas
manasi agar cepat-cepat ungkapin perasaan ku pada Dwi.
“Ayo
cepat Fik, nanti diambil orang loh” ungkap salah seorang teman sekelas ku.
“Benar
tu Fik, jangan tunggu waktu yang tepat nanti kamu nyesel loh,” dia orangnya kan
cantik baik pula” tambah teman-teman yang lain sambil memanas manasi.
“Iya..iya”
jawabku.
Didalam
kelas yang suasananya mulai panas itu. Segera ku berlalu dari teman-temanku
yang sedari tadi menjadi kompor tanpa sumbuh memanas manasi. Ku cari keberadaan
Dwin dan teman-teman perempuannya. Tak berapalama ternyata dia sedang asik
ngobrol didepan toilet sekolah yang tepat berada dibawah tangga. Apa benar
nih,, ungkapinnya pas didepan toilet sekolah ?
Ah,,,
masa bodoh. yang penting toh sudah mencoba. Biarin orang mau bilang apa tentang
momentnya yang gak pas banget istilah bekenya anjing menggonggong kafilah berlalu.. Habisnya kepepet sih, lagian
kan udah gak tahan jika kelamaan dipendamnya. Moment bisa gak tepat yang penting
hatinya satu. Ku beranikan diri menghampirinya. Kaku rasanya bibir ini buat
mengungkapkan perasaan ku ini. Gemetar rasanya kaki ini untuk melangkah menuju
tempat Dwi yang sedari tadi terlihat cantik dengan senyuman dan lesung pipinya
itu.
“Dwi
bisa ngobrol sebentar gak” ku buka suara dengan nada yang terdengar gemetar.
“Ooohh
Iya, bisa. Ada apa Fik,” Tanya dia dengan nada penasaran. Karena baru kali aku
kayak gini sama dia.
“Gini
Dwiii..sebenarnya aku tuh…????” dengan nada gugupku yang tak bisa diembunyikan
lagi.
“Aku
kenapa sih?” Tanya Dwi yang rasa penasarannya mulai memuncak.
“Aku
sayang kamu Dwi. Kamu mau gak jadi pacar aku?” jawab aku dengan nada yang cepat
tanpa ada berhenti, yang sedari tadi gemetaran. He..he..
Ternyata
di luar dugaan ku mendengar kata-kataku tadi Dwi tertawa terbahak bahak karena
melihat kekonyolan yang aku lakukan tadi. Malu rasanya bila mengingat kejadian konyol
tadi. Habisnya tempat yang ku jadikan moment bahagia itu tepat didepan pintu
toilet sekolah ku. Dan jawaban yang kunanti dari bibir merahnya Dwi itu pun
akhirnya keluar. Ternyata Dwi langsung mengiyakan tawaranku tadi yang ingin
menjadi pacarnya. Siang ini akhirnya aku berhasil menemukan jawabannya. Dan aku
sangat bahagia karenanya.
Komentar
Posting Komentar