Etika Kettika Berbicara
Etika Seorang Mulim part 8
Hendaknya pembicaran selalu di dalam
kebaikan. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara
manusia". (An-Nisa: 114).
hendaknya pembicaran dengan suara yang
dapat dide-ngar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya
jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.
Jangan membicarakan sesuatu yang tidak
berguna bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan:
"Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang
tidak berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Janganlah kamu membicarakan semua apa
yang kamu dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan
: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah
menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang
telah ia dengar".(HR. Muslim)
Menghindari perdebatan dan saling
membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan
dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana
di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun
bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
Tenang dalam berbicara dan tidak
tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. telah menuturkan: "Sesungguhnya
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan,
sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya".
(Mutta-faq'alaih).
Menghindari perkataan jorok (keji).
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang mu'min itu
pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam
Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Menghindari sikap memaksakan diri dan
banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu
disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang
paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang
yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti
mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR.
At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
Menghindari perbuatan menggunjing
(ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
"Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain".(Al-Hujurat: 12).
Mendengarkan pembicaraan orang lain
dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui
apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau
mendustakannya.
Jangan memonopoli dalam berbicara,
tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
Menghindari perkataan kasar, keras dan
ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan
orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,
permusuhan dan pertentangan.
Menghindari sikap mengejek,
memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah Subhaanahu wa
Ta'ala berfirman yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan
pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).
Komentar
Posting Komentar